Soedirman adalah sosok pahlawan nasional yang memiliki dedikasi tinggi pada negara. Kecintaannya pada tanah air, mengalahkan rasa cinta pada diri sendiri. Hal tersebut dibuktikannya dengan sikapnya untuk tetap memimpin pasukan berperang gerilya selama tujuh bulan dalam kondisi sakit parah. Keyakinan bahwa kemenangan itu tidak mudah tapi pasti didapatkan adalah satu meotivasi yang luar biasa memecut setiap jiwa yang ada di dekat sang Jenderal pertama ini. Ia yang tidak mempunyai tubuh gagah perkasa ternyata mempunyai energi raksasa yang membuat anak buahnya rela melakukan apapun yang diperintahkan oleh sang Jenderal.
Inilah satu satu kekuatan yang dicontohkan oleh seorang Soedirman. Ia tak perlu memerintahkan anak buahnya dengan suara yang lantang dan menggelegar. Ia tak harus ditakuti oleh anak buahnya. Ia yang mempunyai pandangan dan pemikiran yang jauh ke depan itu memang mempunyai kharisma yang luar biasa. Tubuhnya yang kurus pasti akan terjatuh bila ditendang sedikit saja. Berdiri dengan tegap pun beliau tak mampu. Tetapi lihatlah sikap sigap yang ditunjukkan oleh anak buahnya saat ia memeriksa barisan pasukannya. Semua menaruh hormat dan rela berkorban untuk pimpinannya. Sang Jenderal Soedirman adalah satu contoh bahwa pemimpin itu hanya harus bersih hatinya. Selanjutnya ia harus rela melakukan banyak hal yang menurut orang lain tak mungkin bisa dilakukan oleh seseorang yang tak berdaya secara fisik.
Penyakit paru-paru yang menggerogoti tubuhnya menjadikan salah satu paru-parunya tidak berfungsi. Hal itu diperparah dengan tidak adanya perawatan yang memadai, karena selama sakit dirinya harus berpindah-pindah dari satu hutan ke hutan lain. Juga dari satu gunung dan gunung yang lain. Pada saat itu, tidak ada obat-obatan yang bisa mengurangi penderitaan akan sakitnya tersebut.
Namun itu tidak menghentikan semangatnya untuk memberikan dukungan atas perjuangan anak buahnya. Meski pun harus berada di atas tandu, Soedirman selalu berusaha untuk dekat dengan pasukannya. Itulah mengapa Soedirman dianggap sebagai salah satu panutan yang layak diteladani karena lebih mengedepankan dedikasi pada negara daripada memikirkan kesehatan dirinya.
Jasa yang diberikan oleh Jenderal Soedirman ini tidak hanya tentang bagaimana seorang prajurit harus bertindak. Ia juga memberikan contoh bahwa keyakinan dan strategi yang canggih itu tetap juga harus dilakukan. Bagaimana ia berjalan dalam barisan berpindah tempat melewati hutan dan sungai yang masih begitu lebat pada saat itu. Mereka lebih memilih perang gerilya yang memang sangat cocok dengan kondisi dan situasi saat itu. Strategi perang ini sangat jitu. Terbukti, beberapa kali pihak panjajah Belanda tak berhasil memukul mundur prajurir Republik Indonesia.
Berbagai serangan mengejutkan khas perang gerilya bahkan sering kali membuat para prajurit Belanda kocar-kacir. Jenderal Soedirman yang tahu medan pertempuran dengan baik itu juga mengirimkan mata-mata yang cerdas yang bisa mengetahui kapan dan di mana harus menyerang dan menambah amunisi. Perjuangan yang tulus itu ternyata dirasakan oelh seluruh rakyat Indonesia. Itulah mengapa mereka dengan rela dan ikhlas menampung para prajurit yang kelelahan dan kelaparan. Walaupun mereka menyediakan makanan apa adanya seperti singkongm ternyata makanan itu sangat bermanfaat dan mampu memberikan suntikan energi dan semangat kepada para penjuang bangsa.
Jendral Besar Soedirman (Ejaan Soewandi: Sudirman) (lahir di Bodas Karangjati, Rembang, Purbalingga, 24 Januari 1916. enderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan
Ketika
pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di
Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan
akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia
(Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak
perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik
Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus
Jenderal pertama dan termuda Republik ini.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda. Ia yang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.
Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.
Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.
Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.
Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.
Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.
Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.
Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.
Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.
Pada tangal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.
Berikut Ini Data Lengkap Tengtang Jendral Besar Soedirman
Nama:
Jenderal Sudirman
Lahir:
Bodas Karangjati, Purbalingga, 24 Januari 1916
Meninggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Agama:
Islam
Pendidikan Fomal:
- Sekolah Taman Siswa
- HIK Muhammadiyah, Solo (tidak tamat)
Pendidikan Tentara:
Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor
Pengalaman Pekerjaan:
Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
Pengalaman Organisasi:
Kepanduan Hizbul Wathan
Jabatan di Militer:
- Panglima Besar TKR/TNI, dengan pangkat Jenderal
- Panglima Divisi V/Banyumas, dengan pangkat Kolonel
- Komandan Batalyon di Kroya
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Pembela Kemerdekaan
Meniggal:
Magelang, 29 Januari 1950
Dimakamkan:
Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta
Ref : http://id.wikipedia.org/wiki/Soedirman
http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/s/sudirman/index.shtml
Bagus nih artikel mengenai kepahlawanan, salam kenal yah, saya sudah follow, jgn lupa follow balik yah... Salam sehat selalu
BalasHapusoke Kawan, teriakasi atas apresiasinya,sukses selalu.
Hapuswah mantap sobat, sejarah para pahlawan indonesia memang penting sobat, apalagi buat adek adek yang masih sekolah...nice post.
BalasHapusTerimakasih Kawan atas apresiasinya, somoga bacaan diatas bermanpaat.
Hapussukses selalu Kawan.
Bagus sobat sharingnya, seperti mantan Presiden RI Soekarno bilang "Jasmerah", jangan melupakan sejarah, karena darinya akan terhimpun banyak pelajaran yang bermanfaat untuk menjadikan generasi setelahnya menjadi lebih baik :)
BalasHapusBetul sekali Kawan. terimakasih ia Kawan atas apresiasinya, sukses selalu Kawan.
Hapusartikel yang bagus teman
BalasHapusterimakasih Kawan, semoga bermanpaat.
Hapus